Desa kwanyar barat memiliki sejarah yang cukup panjang. Sesepuh kwanyar menceritakanbahwa ada suatu kejadian hebat/mukjizat dalam perjalanan sunan cendana. Pada jaman dahulu ada sebuah masjid yang membutuhkan beduk untuk dijadikan tanda waktunya sholat. Masyarakat setempat membutuhkan kayu besar untuk membuat beduk dikarenakan masyarakat berkeinginan beduk tersebut tidak ada sambungan. Kemudian, masyarakat menemukan sebuah pohon cendana yang cocok untuk dijadikan beduk. Berbondong-bondonglah masyarakat untuk memotong pohon tersebut.
Ketika saat pemotongan kayu cendana tersebut, terdengar suara minta tolong dari pohon tersebut “potonglah saya lebih tinggi karena akan kena kepala saya” dengan spontan masyarakat cendana kaget dan terkejut, maka diikutilah perintah dari pohon cendana tersebut. Setelah bagian atas terpotong waktunya memotong bagian paling bawah, dan pohon tersebut kembali berbicara “tolong potong agak kebawah agar tidak kena kaki saya”, masyarakat langsung melakukan pemotongan sesuai dengan perintah dari pohon cendana tersebut. Setelah bagian atas dan bawah terpotong, muncullah sesosok pria dari kayu cendana tersebut dan berkata “terimakasih atas bantuan saudara semuanya untuk tidak memotong terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Orang tersebut adalah syekh zainal abidin yang berjulukan sunan cendana.
Dalam perjalanannya, syekh zainal abidin mendapatkan banyak halangan dan rintangan yang menghalanginya pada saat menyeberangi laut diselat Madura. Kemudian, ada seekorikan mondung besar yang menghampirinya dipinggiran pantai dan berkata “saya siap mengantarkan kanjeng sunan”, dan kemudian naiklah sunan cendana dipunggung ikan tersebut menuju pulau Madura. Sesampai dipinggiran pantai Madura tepatnya dikecamatan kwanyar disebelah timur pantai rongkang dan turunlah sunan cendana tersebut dari ikan mondung. Kemudian sunan cendana berkata kepada ikan mondung tersebut “hai ikan, imbalan apa yang engkau mau dari saya?” ikan mondung menjawab “saya tidak menginginkan apa-apa melainkan barokah darimu”.
Dan sunan cendana secara spontan berjanji kepada ikan mondung tersebut “apabila ada keturunan saya memakan engkau dan keturunanmu maka keturunan saya akan mengalami penyakit kulit yang tidak bisa disembuhkan atau diobati”. Setelah itu, ikan mondung tersebut langsung ketengah lautan dan sunan cendana pun beristirahat ditepi pantai rongkang dan tempat tersebut disebut palenggien.
Setelah beristirahat, sunan cendana kembali melanjutkan perjalanan untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam di belahan Madura (pulau garam). Ketika melanjutkan perjalanan, sunan cendana hendak melakukan sholat. Lalu Beliau mencari masjid. Kemudian sunan cendana mencari sumber air untuk berwudhu.
Dicarinya sumber air itu dari ujung timur hingga ujung barat desa tersebut, akan tetapi sunan cendana tidak menemukan air yang dapat dijadikan air wudhu dikarenakan air tersebut terasa asin. Akhirnya, sunan cendana kembali kemasjid tersebut dan menancapkan tongkatnya kepinggiran. Subhanallah, dengan izin Allah SWT maka keluarlah sumber air deras dan hanya 2 kolla tidak lebih ataupun kurang. Air tersebut terasa netral tidak berasa asin. Dan seluruh desa tersebut terimbas barokah dari sunan cendana tersebut dikarenakan seluruh desa tersebut airnya tidak terasa asin lagi meskipun berada dipinggiran pantai. Makam Sunan Cendana Berada Di Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
0 komentar:
Posting Komentar
silakan masukan komentar anda